Friday, 29 May 2015

PERAN HUMAS DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN REPUTASI SEKOLAH (Suatu Analisis Praktikum Publik Relations)

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah
Pendidikan di suatu negara mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi diri sehingga sumber daya manusia yang berkualitas dapat dicapai. Di Indonesia saat ini telah melakukan otonomi daerah, dimana pemerintah pusat memberikan kewenang dan keleluasaan pada pemerintah daerah guna mengelola potensi sumber daya yang ada di daerah tersebut masing-masing. Undang-Undang Pemerintah Daerah No. 22 Tahun 1999 Pasal 11 yang dikutip E. Mulyasa (2009:5), berbunyi bahwa, “Kewenangan daerah kabupaten dan kota mencakup semua bidang pemerintahan yakni pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi serta tenaga kerja”. Dengan demikian jelas bahwa saat ini kebijakan dan pengembangan dalam bidang pendidikan berada di bawah kewenangan daerah kabupaten dan kota masing-masing.
Manajemen berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu wujud dari reformasi manajemen sekolah dengan tujuan meningkatkan mutu. Menurut Mulyasa (2009:24) bahwa, MBS merupakan paradigma baru dalam dunia pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dan melibatkan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Di sini dapat dilihat dengan jelas bahwa MBS merupakan otonomi dalam bidang pendidikan dimana sekolah diberikan kewenangan seluas-luasnya dalam rangka menyelenggarkan kebijakan pendidikan yang melibatkan masyarakat. Adanya kewenangan dalam mengelola pendidikan merupakan kesempatan bagi sekolah secara optimal dan fleksibel meningkatkan kinerja staf, mewujudkan partisipasi langsung dengan kelompok-kelompok yang terkait dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Lembaga pendidikan juga harus benar-benar bisa menempatkan diri dan melaksanakan manajemen secara baik yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, agar selalu
siap dalam mengikuti perubahan di dunia pendidikan.
Di era globalisasi peranan lembaga pendidikan semakin dituntut memberikan manajemen dan layanan yang profesional kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya minat dan kebutuhan masyarakat melanjutkan studi. Masyarakat sebagai konsumen lembaga pendidikan saat ini lebih kritis dan realitis dalam memilih lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan juga harus terus menerus meningkatkan kualitasnya, dengan melalui sistem pembaharuan yang dapat dipertanggung jawabkan kepada stakeholders (pemerintah daerah dan masyarakat). Lembaga pendidikan juga harus mampu mempersiapkan generasi penerus yang memiliki sumber daya manusia, akhlak yang baik serta memiliki keunggulan kompetitif dalam menghadapi era globalisasi.
Menurut kamus Fund and Wagnel dalam buku Anggoro yang dikutip oleh Zulkarnain Nasution dalam buku Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan (2006:12) menyatakan bahwa, “Humas adalah segenap kegiatan dan teknik/kiat yang digunakan organisasi atau individu untuk menciptakan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan aktivitasnya”. Dapat dilihat bahwa humas itu digunakan dalam suatu organisasi untuk membangun dan mempertahankan suatu sikap atau tanggapan dari pihak luar mengenai aktivitas dalam organisasi tersebut. Nasution (2006:39)
menyatakan bahwa:
Humas merupakan pengembangan dan pemeliharaan kerjasama yang efisien untuk menyampaikan saluran informasi dua arah. Bertujuan memberikan pemahaman antara pihak sekolah (pimpinan), komunitas sekolah (guru, karyawan dan siswa) dan masyarakat (orang tua, masyarakat sekitar dan lembaga lain di luar sekolah).

Di sini dapat dilihat bahwa humas di sekolah berperan dalam pengembangan dan pemeliharaan kerjasama antara pihak intern sekalah (pimpinan, guru, karyawan dan siswa) dengan pihak ekstern (orang tua, masyarakat dan lembaga lain di luar sekolah) serta humas menyampaikan informasi kepada pihak intern dan ekstern tersebut sehingga kerjasama dapat berjalan dengan harmonis dan lancar.
Peranan humas di lembaga pendidikan sekolah adalah menciptakan hubungan internal yang kondusif melalui pemeliharaan setiap ikatan kerja dan menjaga hubungan antara pimpinan, guru, karyawan dan siswa yang harmonis. Selain itu, humas di lembaga pendidikan sekolah juga mencakup hubungan eksternal, dimana humas di sekolah harus membangun dan mempertahankan citra dan reputasi positif sekolah serta membina hubungan baik dengan media dan menjalin hubungan yang harmonis dengan pelanggan (siswa dan masyarakat luas) agar sekolah tersebut dapat memperoleh kepercayaan publik.
SMA Negeri 11 Banda Aceh merupakan salah satu SMA terbaru di kota Banda Aceh. SMA Negeri 11 Banda Aceh berdiri tahun 2004 di terletak di Gampong Blang Cut Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh, Sekolah ini telah  berkiprah dalam mencerdaskan anak-anak bangsa. bukan itu saja bahkan sekolah ini telah mendapat hitungan prestasi pada tingkat nasional dan daerah, namun prestasi demi prestasi itu terus mengalami pasang surut berdasarkan kondisi yang berkembang. Banyak masyarakat sekitar Banda Aceh dan Aceh Besar yang memilih SMA Negeri 11 Banda Aceh sebagai tempat menimba ilmu karena masyarakat sudah mempercayai bahwa citra dan reputasi SMA Negeri 11 Banda Aceh baik dengan menawarkan pelayanan (service) berupa program-program dan fasilitas unggulan yang dibutuhkan pelanggan (siswa dan masyarakat luas).
Terbentuknya SMA Negeri 11 Banda Aceh dalam memperoleh reputasi yang baik melalui proses yang lama dan panjang yaitu dengan penanaman disiplin yang tinggi yang membentuk siswa agar gemar belajar dan berprestasi, sehingga siswa mampu mendapatkan nilai akademik yang tinggi dan berbagai kejuaraan. Selain itu, kegiatan non akademik ditingkatkan dengan bimbingan dan arahan dari pembina sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Dari pernyataan tersebut dapat diuraikan bahwa humas di SMA Negeri 11 Banda Aceh dapat memberikan image positif kepada masyarakat bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah negeri yang mengedepankan output atau lulusan yang berkualitas secara intelektual dan spiritual serta berkarakter, hal ini disebabkan fungsi humas diantaranya mengelola opini publik guna menumbuhkan partisipasi dan keterlibatan dari publik dalam rangka menciptakan opini publik yang baik, dimana humas dalam mengelola opini publik dan mensosialisasikan informasi kebijakan lembaga pendidikan bekerja sama dengan media massa sehingga kegiatan di dalam maupun di luar sekolah dapat dipublikasikan dan masyarakat mengetahuinya.
Terciptanya opini publik didasarkan saling mempercayai adanya kesadaran akan kebutuhan bersama antara sekolah dengan masyarakat.
Adanya opini publik akan terbentuklah suatu citra, dengan adanya citra maka dalam jangka waktu yang lama akan terbentuk reputasi, selain itu reputasi juga didukung dengan adanya identitas. Jika di masyarakat berkembang opini yang baik tentang SMA Negeri 11 Banda Aceh, maka secara otomatis citra yang baik akan terbentuk di masyarakat dan dalam jangka waktu yang lama SMA Negeri 11 Banda Aceh akan terbentuk reputasi sekolah yang positif di mata masyarakat, jika pihak humas sekolah mampu mempertahankan citra sekolah yang positif dan dapat mengolah isu-isu yang berkembang di masyarakat, selain itu SMA Negeri 11 Banda Aceh juga harus dapat mempertahankan identitas seperti seragam, bentuk bangunan, visi dan misi yang merupakan lambang dari identitas sekolah. Karena proses terbentuknya reputasi lebih lama jika dibandingkan dengan proses terbentuknya citra yang singkat dan terbentuknya reputasi itu ketika ada kesesuaian antara citra dan identitas. Pengertian reputasi menurut Menurut Prayudi (2008:7) adalah “Kesesuaian aplikasi visi dan misi perusahaan yang tertuang dalam identitas perusahaan yang mewujudkan dalam aktivitas keseharian perusahaan dan dipersepsi sama oleh publik eksternal dan internal perusahaan”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa reputasi mencakup identitas dan citra lembaga.
Peran humas SMA Negeri 11 Banda Aceh dalam mempertahankan reputasi sekolah yang baik pasti ada faktor-faktor penghambat dan upaya apa yang dilakukan humas SMA Negeri 11 Banda Aceh dalam mengatasi hal tersebut, sehingga SMA Negeri 11 Banda Aceh dapat bertahan sebagai salah satu SMA terbaik dan kedepan menjadi terfavorit di Banda Aceh. Peran dan aktivitas serta media yang dilakukan humas SMA Negeri 11 Banda Aceh dalam membangun reputasi sekolah dapat dijadikan contoh bagi sekolah-sekolah lain agar dapat mempertahankan reputasi sekolah dan mampu bersaing dengan sekolah favorit yang lain.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka kami peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “PERAN HUMAS DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN REPUTASI SEKOLAH (Studi Kasus Di SMA Negeri 11 Banda Aceh Tahun 2013/2014)”.

B.            Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang penting dalam penelitian. Dengan perumusan masalah yang jelas dapat memberikan kemudahan dalam pemecahan masalah yang akan diteliti. Winarno Surachmad (1998:34) mengemukakan bahwa “Masalah adalah kesulitan yang menggerakan manusia untuk memecahkannya”. Sedangkan menurut Iskandar (2008:166) mengemukakan bahwa “Rumusan masalah merupakan uraian dari masalah-masalah yang muncul dalam latar belakang yang dikemukakan di atas”.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah :
1.      Bagaimana peranan humas di SMA Negeri 11 Banda Aceh dalam rangka mempertahankan reputasi sekolah ?
2.      Media dan Aktifitas apa saja yang digunakan dan dilakukan untuk mendukung kegiatan humas dalam rangka mempertahankan reputasi sekolah di SMA Negeri 11 Banda Aceh ?
3.      Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat humas dalam rangka mempertahankan reputasi sekolah di SMA Negeri 11 Banda Aceh ?
4.      Upaya apa saja yang dilakukan oleh humas dalam mengatasi faktor-faktor yang menghambat dalam mempertahankan reputasi sekolah di SMA Negeri 11 Banda Aceh?

C.           Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMA Negeri 11 Banda Aceh,Pemasalahan penelitian yang dilakukan adalah analisis kajian praktikum humas terhadap peran humas SMA Negeri 11 Banda Aceh dalam rangka mempertahankan reputasi sekolah
Dalam melakukan penelitian atau research diperlukan suatu tempat penelitian untuk memperoleh data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian. Adapun yang menjadi tempat penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMA Negeri 11 Banda Aceh dengan alasan :   
  1. Terdapat permasalahan yang ingin diteliti yaitu peran humas dalam rangka mempertahankan reputasi sekolah.
  2. Di SMA Negeri 11 Banda Aceh tersedia data yang dibutuhkan peneliti

Wednesday, 27 May 2015

Peran Media Massa Dalam Memberikan Informasi Kepada Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Komunikasi yang paling efektif dapat membentuk keharmonisan hubungan antara manusia, karena itulah manusia perlu mencari bentuk komunikasi yang tepat dan sesuai agar antara manusia yang satu dengan yang lain dapat saling berinteraksi. Hubungan ini sangat penting dalam rangka pembinaan kepribadian dan pengembangan bakat seorang. Bakat memerlukan dorongan yang memerlukan hubungan yang baik dengan semua pihak.
Oleh karena itu, betapa pentingnya hubungan bagi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Manusia tidak dapat mengembangkan bakat dan kepribadiannya tanpa berhubungan dengan semua pihak, yakni dengan mengadakan komunikasi dengan semua pihak yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara formal maupun secara informal (T. A. Latief Rousdy, 1985: 72).
Salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi melalui peran  media massa. Proses  komunikasi melalui media  tentu  saja memiliki pesan sebagai proses dari komunikasi itu sendiri yaitu penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran dan menghasilkan umpan balik (lasswell), sehingga  dapat  diketahui bahwa  proses  komunikasi  tentu  saja menghasilkan efek komunikasi. Stuart (dalam Pareno, 2002 : 17) menyatakan bahwa pengaruh atau efek komunikasi  adalah  “perbedaan  antara  apa  yang  dipikirkan,  dirasakan,  dan dilakukan  oeh  penerima  sebelum  dan  sesudah  menerima  pesan” efek komunikasi  menyangkut  penambahan  wawasan,  perubahan  sikap  dan tindakan yang dishasilkan oleh proses komunikasi.
Menurut  Steven  M  Chaffe  pengertian  tersebut  adalah  pendekatan pertama dalam melihat media massa, pendekatan yang kedua adalah melihat jenis  informasi yang  terjadi pada diri khalayak komunikasi massa, penerima informasi,  perubahan  perasaan  atau  sikap  dan  prilaku  dengan  kata  lain perubahan kognitif, afektif, behavioral.
Penyebaran informasi merupakan bentuk komunikasi dua arah yang terjadi secara langsung untuk mempengaruhi komunikan. Sehingga terjadi feedback dari isi pesan yang disampaikan dapat diterima secara langsung dalam waktu yang cepat. Komunikasi tersebut didapat secara langsung melalui proses memberikan informasi kepada masyarakat khususnya masyarakat yang bernaung di wilayah POLDA Aceh.
Penyampaian informasi merupakan kewajiban bagi seluruh instansi pemerintah agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat diketahui oleh masyarakat. Penyampaian informasi tersebut dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Penyampaian informasi secara langsung dilakukan melalui media massa sebagai penyebar informasi dengan mengadakan press rilis. Sedangkan penyampaian informasi tidak langsung dilakukan dengan mengirim berita kepada media untuk disiarkan.
Informasi adalah pesan yang disampaikan kepada khalayak untuk diketahui dan laksanakan secara bersama. Sebab tanpa diberikan informasi kepada masyarakat sudah barang tentu tidak mengetahui apa yang harus mereka kerjakan. Demikian pula halnya dengan informasi yang diberikan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga keamanan dan keutuhan negara dari rongrongan berbagai pihak yang tidak menginginkan kedamaian dan keamanan masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya.
POLDA Aceh sebagai abdi negara yang profesional dan dekat dengan masyarakat, menuju perubahan tata kehidupan nasional kearah masyarakat madani yang demokratis, aman, tertib, adil dan sejahtera. Kemandirian Polri dimaksud bukanlah untuk menjadikan institusi yang tertutup dan berjalan serta bekerja sendiri, namun tetap dalam kerangkan ketata negaraan dan pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia yang utuh. Peran media massa dalam penyampaian informasi biasa dilakukan dengan cara press rilis, yaitu mengumumkan sebuah informasi dengan cara mengundang wartawan untuk disiarkan secara langsung. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat mengetahui secara langsung setiap informasi yang disampaikan tanpa melalui perantara wartawan.
Namun kenyataannya, penyampaian informasi melalui press rilis kurang efektif, karena pada umumnya masyarakat tidak selalu membaca surat kabar atau mendengar radio. Seharusnya penyampaian informasi kepada masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan iklan dan selebaran yang ditempelkan pada tempat keramaian. Di samping itu, penyampaian informasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan poster, karena poster nampaknya lebih mampu menjangkau masyarakat di wilayah terpencil, sehingga informasi yang disampaikan oleh Bagian Humas Polda Aceh dapat tersebar ke seluruh pelosok desa.
Beradasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menetapkan judul penelitian skripsi ini adalah “Peran Media Massa Dalam Memberikan Informasi Kepada Masyarakat Pada Bagian Humas Polda Aceh”. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi penelitian selanjutnya serta dapat memperbanyak khazanah perpustakaan di Universitas ……………. Banda Aceh.

B.     Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka dalam penelitian ini perlu ditetapkan beberapa permasalahan pokok penelitian, yaitu:
1.      Bagaimana cara Bagian Polda Aceh memberikan informasi kepada masyarakat?
2.      Bagaimana peran media massa dalam memberikan informasi kepada masyarakat pada Bagian Humas Aceh?
3.      Bagaimana efektifitas media massa dalam memberikan informasi kepada masyarakat?

C.    Tujuan Penelitian
Berorientasi pada permasalahan di atas, penelitian diarahkan pada tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui cara Humas Aceh memberikan informasi kepada masyarakat.
2.      Untuk mengetahui peran media massa dalam memberikan informasi kepada masyarakat pada Bagian Humas Polda Aceh.
3.      Untuk mengetahui efektifitas media massa dalam memberikan informasi kepada masyarakat.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.      Manfaat Teoritis
a.      Memberikan sumbangan teoritis dalam ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu komunikasi.
b.      Dapat digunakan sebagai bahan pustaka dalam mengadakan penelitian di masa yang akan datang.
2.      Manfaat Praktis
a.      Memberikan masukan kepada pihak POLDA Aceh khususnya dalam mengefektifkan penyampaian informasi kepada masyarakat.

b.      Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi berbagai pihak dalam mengembangkan sistem penyampaian informasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Landasan Teori
1.      Pengertian Komunikasi


2.      Komunikasi Massa

3.      Media Massa
a.      Pengertian Media Massa

b.      Fungsi Media

4.      Informasi dan Bentuk-Bentuknya
a.      Pengertian Informasi

b.      Bentuk-Bentuk Informasi
1)     Informasi dalam Proses Politik


2)     Informasi dalam Pemerintahan


B.    Pembahasan Penelitian Terdahulu yang Relevan







Proposal Skripsi Ilmu Komunikasi Model Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau bisa juga disebut sebagai interaksi antara dua individu atau kelompok atau lebih. Dengan demikian, semua makhluk hidup melakukan komunikasi dengan sesamanya. Komunikasi memberikan pemahaman kepada semua untuk melihat perbedaan dan menerimanya sebagai informasi yang bermanfaat. Komunikasi juga memberikan toleransi untuk menerima dan memahami pandangan orang lain serta tidak memaksakan pendapatnya sebagai suatu kebenaran.
Oleh karena itu, tidak ada seorang manusia yang lahir ke dunia yang memiliki keterampilan berkomunikasi. Beberapa kesalahan umum di dalam berkomunikasi sering terjadi, di antaranya adalah saling menginterupsi, adu argumentasi, saling menyalahkan, menyerang kepribadian, menciptakan perasaan bersalah pada lawan bicara, terburu-buru, menyatakan keinginan tidak jelas dan tidak realistis. Hal ini yang paling sering menyebabkan konflik antar anggota keluarga.
Keluarga merupakan tempat di mana anak-anak belajar mengenal peran perilaku di dalam menghadapi kehidupan global. Anggota keluarga peduli antara satu dan lainnya dengan saling mendukung dan penuh kasih sayang. Keluarga menyediakan kebutuhan para anggotanya secara mendasar, seperti makanan dan tempat berteduh. Keluarga juga menyediakan dukungan finansial. Setiap anggota keluarga mempunyai kelebihan masing-masing. Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak kandung.
Akan tetapi, tidak selamanya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak kandung. Salah satu fenomena yang banyak dijumpai dalam masyarakat saat ini adalah keberadaan orang tua tunggal. Mereka membesarkan dan mengasuh anak-anak mereka sendiri tanpa bantuan dari pasangannya, baik itu pihak suami maupun isteri. Penyebabnya adalah karena kematian atau perceraian. Seperti halnya perkawinan, perceraian juga merupakan suatu proses yang di dalamnya menyangkut banyak aspek seperti emosi, eokonomi, sosial, dan pengakuan secara resmi oleh masyarakat melalui hukum yang berlaku. Tidak mudah menyandang status tersebut di tengah-tengah masyarakat yang masih memandang sebelah mata terhadap keberadaan mereka.
Orang tua tunggal harus menjalankan peran ganda untuk keberlangsungan hidup keluarganya. Orang tua tunggal harus mampu mengkombinasikan dengan baik antara pekerjaan domestik dan publik. Dalam hal ini, kematangan fisik dan psikologis merupakan faktor sangat vital dibutuhkan untuk melakukan manajemen keluarga. Faktor ekonomi sering menjadi masalah terbesar dalam keluarga orang tua tunggal.
Menurut Papalia, Olds dan Feldman (2002) dalam Sari (2010: 4) menyebutkan bahwa “kemiskinan memberikan efek gangguan emosi kepada orang tua, yang turut mempengaruhi cara mereka dalam mengasuh anak-anak. Hal ini tersebut terjadi karena mengalami gangguan emosional, maka orang tua akan mengasuh anak dengan yang tidak tepat dan tidak proporsional”.
Dengan demikian, orang tua tunggal berkewajiban untuk mencari uang untuk menafkahi keluarganya dan juga harus memenuhi kasih sayang keluarganya, ia harus melakukan perencanaan secara matangdl menjalankan peran ganda. Dalam melakukan perencanaan tersebut, ia harus mengkomunikasikan rencana yang telah disusun pada keluarga terdekatnya seperti ayah atau paman, terutama orang yang dimintai bantuannya nanti.
Orang tua tunggal adalah fenomena yang makin dianggapa biasa dalam masyarakat modern. Akan tetapi, tidak demikian bagi anak-anak yang batu mengalami orang tuanya tidak lengkap. Anak-anak selalu berpedoman kepada betapa pentingnya mereka memiliki ayah dan ibu yang lengkap dan selalu bersama-sama dengan mereka (Spock, 1998: 6). Anak yang belum siap menghadapi rasa kehilangan salah satu orang tuanya akan terpukul, dan kemungkinan besar akan berubah tingkah lakunya. Ada yang menjadi pemarah, ada yang suka melamun, mudah tersinggung, atau suka menyendiri. Untuk anak-anak usia sekolah, biasanya prestasi mereka di sekolah otomatis akan menurun dan hal tersebut akan berpengaruh pada pembentukan konsep diri anak.
Menurut Sarwono (1981) dalam Ihromi (2002: 119) batasan usia anak-anak adalah berada pada kelompok umur 2 tahun sampai dengan 12 tahun. Pada usia seperti ini anak-anak memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan yang memuaskan dirinya, selain itu juga anak-anak masih dalam keadaan untuk mengenal dirinya, sehingga anak-anak tersebut sering terjebak kepada proses peremajaan yang belum matang. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang orang tua tunggal terutama disebabkan perceraian cenderung lebih agresif dan cenderung tidak percaya diri. Gambaran diri merupakan pandangan dan sikap individu terhadap dirinya sendiri itulah yang dikatakan konsep diri.
Anak-anak menilai dirinya sesuai dengan persepsi orang-orang yang sangat penting bagi mereka. Dari merekalah, secara perlahan-lahan anak-anak membentuk konsep diri. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka, menyebabkan anak-anak menilai dirinya secara positif. Ejekan, cemoohan, dan hardikan, membuat anak-anak memandang diri mereka secara negatif.
Dorothy Law Nolte dalam Rakhmat (2004: 102-103) mengatakan:
Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia akan belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia akan belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia akan belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia akan belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia akan belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, maka ia akan belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, maka ia akan belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, maka ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia akan belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan cinta dalam hidupnya

Berdasarkan pengamatan penulis, ada beberapa anak yang berasal dari keluarga yang orang tuanya tunggal akibat perceraian memiliki konsep diri cenderung ke arah negatif jika dibandingkan dengan keluarga orang tua tunggal akibat kematian, namun tidak tertutup kemungkinan untuk hal yang sebaliknya. Hal ini disebabkan kurangnya komunikasi di antara orang tua tunggal dengan anak-anaknya akibat beberapa faktor yang tidak mendukung. Dengan demikian, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul “Model Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Tunggal dalam Membentuk Konsep Diri Anak di Gampong Cadek Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis perlu menetapkan beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.      Bagaimana gambaran tentang komunikasi antar pribadi yang dilakukan antara anak dengan orang tua tunggal?
2.      Bagaimana tingkat keterbukaan anak dengan orang tuanya yang tunggal?
3.      Bagaimana konsep diri yang terbentuk pada anak sebagai hasil dari komunikasi antar pribadi yang dilakukan antara anak dengan orang tua tunggal?

C.    Tujuan Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui gambaran tentang komunikasi antar pribadi yang dilakukan antara anak dengan orang tua tunggal.
2.      Untuk mengetahui tingkat keterbukaan anak dengan orang tuanya yang tunggal.
3.      Untuk mengetahui konsep diri yang terbentuk pada anak sebagai hasil dari komunikasi antar pribadi yang dilakukan antara anak dengan orang tua tunggal.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat penting, yaitu:
1.      Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan penulis mengenai komunikasi antar pribadi dalam keluarga yang orang tua tunggal.
2.      Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau referensi khususnya bagi orang tua tunggal agar mereka mengetahui komunikasi yang tepat dilakukan pada anaknya dalam rangka pembentukan konsep diri yang positif.

3.      Secara akademis, penelitian dapat memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang komunikasi, sehingga dapat meningkatkan jumlah referensi di perpustakaan Universitas Iskandarmuda Banda Aceh, khusus pada Program Studi Ilmu Komunikasi.

Tuesday, 26 May 2015

Pengertian Jurnalistik

A.    Pengertian Jurnalistik
            Pengertian istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang: harfiyah, konseptual, proses, praktis dan ilmu.
1.      Secara harfiyah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasalnya dari bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.
2.      Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu.
a.       Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).
b.      Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.
c.       Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.


3.      Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: informasi, penyusunan informasi, penyebarluasan informasi, dan media massa.

Prinsip Komunikasi

Prinsip Komunikasi
Ø Inti dari suatu proses komunikasi adalah membangun kesepahaman sehingga pihak komunikator dan komunikan merasa komunikasi yang dilakukan saling menguntungkan.
Ø Kesepahaman muncul bila antara komunikator dan komunikan memiliki field of reference dan field of experience yang sama.





A             C               B


Gambar 1

Ø Gambar 1 menjelaskan 3 (tiga) prinsip dasar komunikasi:
  1. Komunikasi hanya bisa terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing similar experience).
  2. Jika daerah tumpang tindih (the field of experience) menyebar menutup lingkaran A atau B, menuju terbentuknya satu lingkaran yang sama (C), maka makin besar kemungkinan terciptanya suatu proses komunikasi yang efektif.

Ø Tetapi kalau daerah tumpang tindih itu makin mengecil dan menjauhi sentuhan kedua lingkaran, atau cenderung mengisolasi lingkaran masing-masing, maka komunikasi yang terjadi sangat terbatas, komunikasi tidak efektif, atau bahkan komunikasi akan gagal sama sekali.

MAKALAH PSIKOLOGI TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK

PEREKEMBANGAN SOSIAL ANAK
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa : yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, namun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki.
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersbut merupakan proses sosialisai yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara aktif melakukan proses sosialisasi

B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah di dalam makalah ini adalah :
1.      Apa makna perkembangan sosial anak ?
2.      Bagaimana bentuk – bentuk tingkah laku sosial pada anak ?
3.      Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ?
4.      Bagaimana pengaruh perkembangan sosial anak terhadap tingkah laku anak ?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui makna perkembangan sosial anak untuk mengetahui bentuk-bentuk perkembangan sosial anak ; mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan pengaruh perkembangan sosial anak terhadap tingkah laku anak.

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu Pertama: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masala dan sistimatika uraian. Kedua: Isi atau bagian teori dan hasil meliputi ; makna perkembangan sosial anak, bentuk-bentuk perkembangan sosial anak ; faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Perkembangan Sosial Anak
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa :
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi komplek dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semamin bertambah usia anak maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.

B. Bentuk – Bentuk Tingkah laku Sosial
Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk interkasi sosial diantarannya :
1. Pembangkangan (Negativisme)
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun pada usia empat hingga enam tahun.
Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.

2. Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubut, menggigit, menendang dan lain sebagainya.
Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.

3. Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.

4. Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.

5. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.

6. Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik.

7. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya

9. Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.
C. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak
Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.

2. Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.

3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.

4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.

D. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
1.    Cita-cita dan idealism yangbaik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa       memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2.      Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.



















BAB III
KESIMPULAN

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.Perkembangan sosial individu dimulai sejak anak usia 18 bulan.
Faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling mempengaruhi perkembangan sosial anak, semakin bagus tata cara keluarga, maka perkembangan sosial anak juga semakin bagus.
Perkembangan sosial juga sangat mempengaruhi kepribadian anak, anak yang mempunyai daya intelegensi yang tinggi, perkembangan sosial yang baik pada umumnya memiliki kepribadian yang baik.








DAFTAR KEPUSTAKAAN
Cahyani Ani. Mubin, Psikologi perkembangan; cet I (Quantum Teaching, Ciputat Press Group, 2006).
Hurlock B Elizabeth, Developmental Psikologi; Mc Grow Hill, Inc, 1980, Alih Bahasa, Istiwidayanti dan suedjarwo, Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga, tt.
LN Yusuf Syamsu; Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nurihsan Juntika, 2007, Buku Materi Pokok Perkembangan Peserta didik , Bandung; Sekolah Pasca Sarjana (UPI)
Santrock, John W, Life-Span Development, WM, C Brown Comunication, Inc, 1995, Alih bahasa Achmad Chusairi, S.PSI, Perkembangan Masa Hidup Jilid I, Jakarta, Erlangga, 2002.

Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan; (PT Raja Grafindo, : 2004).